Oleh: Ridwan, Lc (Kepala Bidang Dakwah Sosial Yayasan Harapan Umat Karawang)

 

“Dan suatu tanda kebesaran Allah bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan dan Kami ciptakan (juga) untuk mereka kendaraan lain seperti apa yang mereka kendarai” (QS Yasin : 41-42)

Sepanjang sejarah kehidupan umat manusia, setiap dari kita menginginkan kebahagian dan kenyamanan. kita berusaha dengan berbagai cara, bekerja siang maupun malam mewujudkan kebahagian tersebut. Salah satu di antara perangkat kebahagian hidup itu adalah memiliki kendaraan yang idaman nyaman,

Seiring berpacunya waktu, industri penyedia jasa kendaraanpun berlomba melahirkan berbagai fitur kendaraan yang membuat nyaman konsumennya, sehingga belum lama model terbaru di lepas ke pasaran, muncul kembali variasi model yang lebih mutakhir.

Terlepas dari ragam kendaraan motor atau mobil yang kian dinamis perkembangannya, yang jelas bersyukurlan bagi anda yang kini sudah memiliki kendaraan tersebut serta bijaklah menggunakan karunia kendaraan yang telah Allah Ta’ala beri, dalam hal ini rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam- menyatakan,

أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيُّ.

Ada empat perkara termasuk kebahagiaan; istri yang shalihah, tempat tinggal yang lapang, teman atau tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman (HR. Ibnu Hibban, no.4032).

Sebagai perwujudan rasa syukur memiliki kendaraan adalah Safety riding alias mengutamakan keselamatan saat berkendara di jalan umum yang wajib diperhatikan setiap pihak, namun begitu ada hal lainnya yang tidak kalah krusial ketika sedang mengendarai kendaraan, yaitu paham etika yang benar dan baik ketika berkendara, jangan sampai anda berpikir yang penting anda nyaman memiliki kendaraan yang tengah anda pakai, namun juga pastikan orang di sekitar anda tidak terganggu dengan suara bising  motor anda yang keras, apalagi asap knalpot yang pekat. Ketahuilah situasi ini bisa menyebabkan orang lain menjadi terganggu dengan polusi suara motor anda yang sudah dimodif, maupun knalpot racing yang tidak standar, bisa-bisa kepuasaan anda berkendaraan ini menyebabkan anda merugi, sebab menanggung beban dosa harian karena banyak orang yang merasa terganggu dan terdzhalimi dengan kendaraan yang anda pakai.

Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam- mengingatkan kita dengan sabdanya,

أَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاوَةِ الْجَارُ السُّوءُ وَالْمَرْأَةُ السُّوء ُ وَالْمَسْكَنُ الضِّيقُ وَالْمَرْكَبُ السُّوءُ

Empat hal adalah bagian dari kesengsaraan: tetangga yang buruk, pasangan yang buruk, tempat tinggal yang membatasi, dan kendaraan yang buruk (HR. Ibn Ḥibbān, no. 4032).

 

Kendaraan Menjadi Sumber Keburukan

Setiap pribadi muslim harus pintar memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk melakukan banyak kebaikan, sebab jika anda malas melakukan kebaikan, peluang untuk menunaikan keburukan selalu akan terbuka di setiap masanya, dan tanpa disadari banyak orang yang terjerumus ke jurang kehinaan di hadapan Allah Ta’ala di hari kiamat kelak sebab melakukan kemaksiatan yang dianggap sepela, namun malah besar di hadapan manusia yang lain, dan Tuhan semesta alam tidak pernah menganggap sepele setiap kebaikan atau keburukan yang telah dilakukan seorang hamba.

Layaknya berkendara yang mengantarkan kita ke tempat tujuan, jika tidak peka, arif dan bijak merawat dan menggunakan kendaraan bisa menjadi salah satu sumber keburukan, bukan hanya diri kita yang dibuat repot dengan kendaraan yang sering mogok dan tidak layak pakai, namun juga banyak orang yang merasa dirugikan karena keberadaan kendaraan tersebut, dan akhirnya sumpah serapahpun diujarkan dan menjadi do’a keburukan yang naik ke atas langit, hingga akhirnya malaikatpun turut melaknat pelakunya, dan Sang kholiq membalas keburukannya secara langsung di dunia atau ditunda untuk balasan yang paling besar di akhirat nanti.

Adalah rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam- selalu mengingatkan kita akan pesan keburukan yang akan menimpa, jika sekiranya diri kita dan atau kendaraan kita menjadi objek sasaran dari do’a keburukan serta laknat manusia di sekitar kita, sebagaimana yang tertuang dalam hadits dari sahabat Imran bin Hushain -semoga Allah meridhoinya-, ia bercerita,

“Dalam salah satu perjalanan Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- ada seorang wanita anshar yang ikut dalam rombongan, ia naik unta tunggangannya. Tiba-tiba wanita ini marah dan melaknat ontanya, dan ternyata ucapannya didengar oleh Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Mendengar ucapan keburukan tersebut, sang nabi bersabda,

خُذُوا مَا عَلَيْهَا وَدَعُوهَا فَإِنَّهَا مَلْعُونَةٌ

“Ambil semua barang yang ada di atasnya, dan biarkan onta ini berkeliaran, karena kendaraan onta ini telah dilaknat!”.

Imran bin husain kemudian berkata, “Aku melihat onta itu berkeliaran di tengah rombongan dan tidak ada satupun yang menghiraukan apalagi mengendarainya. (HR. Ahmad, no. 19870 dan Muslim, no. 6769).

Menyikapi riwayat di atas para ulama memahami  bahwa rasululloh -shallallahu ‘alaihi wa sallam- tidaklah menyukai melakukan perjalanan bersama orang yang kendaraannya telah dilaknat atau dido’akan keburukannya baik oleh pemiliknya, apalagi  orang lain yang merasa dirugikan dengan hadirnya kendaraan tersebut, di samping itu perlu adanya efek jera berupa  hukuman yang diberikan kepada pemilik yang mengejek kendaraannya sendiri.

Maka hendaklah setiap pribadi muslim memiliki rasa takut akan do’a keburukan yang bisa saja diucapkan oleh orang di sekitarnya, akibat bisingnya suara knalpot atau polusi asap yang ditimbulkan dari kendaraan motor atau mobilnya. Dan akhirnya, semoga hadits dari Abu Darda -semoga Allah meridhoinya- ini bisa memberikan pelajaran serta peringatan bagi anda yang bersikeras menggunakan kendaraan semau hati, namun tidak peka dan malah merugikan banyak orang di sekitarnya, Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا لَعَنَ شَيْئًا صَعِدَتِ اللَّعْنَةُ ‏إِلَى السَّمَاءِ فَتُغْلَقُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ دُونَهَا، ثُمَّ تَهْبِطُ إِلَى الْأَرْضِ فَتُغْلَقُ أَبْوَابُهَا دُونَهَا، ثُمَّ تَأْخُذُ يَمِينًا وَشِمَالًا، فَإِذَا لَمْ تَجِدْ ‏مَسَاغًا رَجَعَتْ إِلَى الَّذِي لُعِنَ، فَإِنْ كَانَ لِذَلِكَ أَهْلًا وَإِلَّا رَجَعَتْ إِلَى قَائِلِهَا

Ketika seorang hamba melaknat sesuatu, maka laknat itu akan naik ke langit. Kemudian semua pintu langit akan tertutup tidak menerimanya. Lalu laknat ini turun ke bumi, dan semua pintu bumi tertutup tidak menerimanya, lalu dia kebingungan ke kanan dan ke kiri. Setelah dia tidak punya ruang, maka dia menuju yang dilaknat. Jika laknatnya benar sasaran maka dia mengarah ke sana. Jika laknatnya tidak benar maka kembali kepada orang yang melaknat. (HR. Abu Daud, no. 4907 dan dihasankan al-Albani).

WaAllahu a’alam bisshowab.

 

************

Informasi berlangganan Buletin Jumat : 081384042406

Admin

Komentar

Facebook

Arsip